Penulis: Ust. Musyaffa Ad Darini, Lc.,
MA
Jika Anda telah berusaha
mendekat kepada Allah dan sesuai Sunnah Nabi -shallallahu’alaihi wasallam-
bukan berarti ujian, cobaan, dan musibah tidak akan menimpa. Jika sudah
demikian, lalu ujian musibah menimpa, maka tetaplah teguh, dan
berbaik-sangkalah kepada Allah. Ingat selalu firman-Nya:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan untuk
mengatakan, ‘kami telah beriman’ TANPA diuji?! Sungguh Kami telah menguji
orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah benar-benar tahu orang-orang yang
tulus dan orang-orang yang dusta“. (QS. Al-Ankabut: 2-3).
Ingat pula Sabda Nabi -shallallahu’alaihi
wasallam-:
"Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian
orang yang paling baik (setelahnya), lalu orang yang paling baik (setelahnya).
Maka siapa yang agamanya berbobot, cobaannya juga berat. Siapa yang agamanya
lemah, cobaannya juga ringan. Dan sungguh seseorang akan terus ditimpa cobaan,
hingga dia berjalan di tengah-tengah manusia tanpa dosa sedikitpun“.
[(HR. Ibnu Hibban no. 2900, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ 993).
Jangan lupa juga perkataan Syaikh
Abdul Qodir Jaelani -rahimahullah-: “Wahai anak kecilku, sungguh musibah
itu datang bukan untuk membinasakanmu, namun dia datang untuk menguji kesabaran
dan imanmu. Wahai anak kecilku, cobaan itu (ibarat) hewan buas, dan hewan buas
itu tidak akan memangsa bangkai”. (Zadul Ma’ad, Ibnul Qoyyim, 4/178).
Oleh karena itu, semakin tinggi agama
kita, semakin kita butuh berdoa untuk keteguhan iman kita, sebagaimana
dicontohkan Nabi -shallallahu’alaihi wasallam-. Ummu Salamah -isteri
beliau- mengatakan: Dahulu doa Nabi -shallallahu’alaihi wasallam- yang paling banyak
adalah:
“Wahai Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas
agamaMu“. (HR. Tirmidzi: 3522, disahihkan oleh Syeikh Albani).