Kamis, 07 Juli 2011

KH Zainudin MZ dan 4 Tokoh Dibalik Layar

Jakarta - Umat Islam baru saja kehilangan pemimpinnya, KH Zainudin MZ. Media meliput kepergian ulama bergelar Kiai sejuta umat berulang kali.
Liputan beragam mulai dari berjubelnya jama'ah yang ikut men-shalati jasad KH Zainudin MZ, kenangan para sahabat, profil dan perjalanan hidup sampai pesan terakhirnya kepada sang pemimpin negeri ini dalam ceramahnya yang disiarkan oleh TV One pada 3 Juli (2 hari sebelum kematiannya).


KH Zainudin MZ sangat dekat dengan umat. Pidatonya mudah dicerna, berisi tentang kehidupan sosial, berbangsa dan bernegara yang disampaikan melalui “"humor-menggigit".

Tulisan ini ingin merefleksi pengalaman penulis bergumul dengan almarhum, meski tidak secara langsung. Ketika itu tahun 1994, tak hanya kaset-kaset berisi siraman rohani KH Zainudin MZ yang sampai ke desa-desa namun sebuah buku setebal kira-kira 350 halaman juga menyapa umat Islam. Buku berjudul "KH Zainudin MZ: Dai Sejuta Umat" (1994) ini mengupas tentang perjalanan hidup dan pemikiran dakwah.

Membaca kalimat per kalimat dalam buku ini akan membuat kita seperti berada dalam "rasa nyaman" kedirian kita sebagai bangsa Indonesia. Nilai-nilai nasionalisme dengan beragam kekayaan pemikiran tokoh-tokoh bangsa ini telah mengilham lahirnya sosok KH Zainudin MZ yang kita kenal sebagai dai sejuta umat.

Dalam buku "KH Zainudin MZ: Dai Sejuta Umat" tergambar dalam dirinya menyatu empat figur tokoh Indonesia yang fenomenal. Pertama, Soekarno. Sejak kecil KH Zainudin MZ mengagumi gaya orator Bung Karno yang tampil berani, gagah dan dapat memikat perhatian berjuta-juta rakyat Indonesia.

Buku-buku maupun majalah yang mengupas tentang pemikiran bung Karno tak pernah lepas dari kehidupan KH Zainudin sejak usia sekolah.

Di kala usianya masih 5 tahun, KH Zainudin MZ kecil memiliki hobi mengikuti Ibunya Zainabun ke pasar. Postur tubuhnya dengan kulit putih dan mata sipit membuat gemas para pedagang Cina di Pasar.

Di tengah-tengah kegaduhan pasar itulah, KH Zainudin MZ kecil kerap naik di atas meja milik pengusaha Cina. Dengan mimik muka serius, KH Zainudin MZ kecil menirukan gaya pidato bung Karno. Hobinya naik meja dan berpidato dengan suara lantang juga dilakukan di depan para tamu yang kerap bertandang kerumah kakek-neneknya.

Kedua, KH Idham Khalid. KH Zainudin MZ bersentuhan langsung dengan pemimpin NU (1952-1984) ini ketika menuntut ilmu di Madrasah Tsanawiyah hingga tamat Aliyah Perguruan Darul Ma’arif yang dipimpin langsung oleh KH Idham Khalid. Semua tindak-tanduk KH Idham Khalid menarik perhatian KH Zainudin MZ. Kala itu KH Idham Khalid dikenal sebagai singa podium meski bertubuh kecil.

Dalam buku "KH Zainudin MZ: Dai Sejuta Umat" terbitan tahun 1994 ini, KH Zainudin MZ mengkisahkan ada seorang ulama yang dicintai umatnya. Ketika sang ulama tersebut dalam tausiyahnya (pidatonya) menceritakan kesedihan, hampir semua jama’ah menangis. Dan jika sang ulama tersebut mengkisahkan kabar gembira, semua jama’ah juga nampak wajah berseri.

Ulama seperti ini menurut KH Zainudin adalah ulama yang patut diteladani karena keikhlasannya, karena kedalaman ilmunya, karena kedekatannya pada Allah. Penulis baru memahami ulama yang dimaksud oleh KH Zainudin MZ adalah guru yang dihormatinya di Perguruan Darul Ma ’arif tersebut.

Selain dikenal sebagai singa podium, KH Idham Khalid juga dikenal sebagai pelobi ulung. Bakat sebagai orator dan pelobi ulang KH Idham Khalid secara perlahan-lahan dipelajari oleh KH Zainudin MZ kecil.

Di banyak kesempatan saat-saat sekolah di Perguruan Darul Ma'arif, KH Zainudin MZ kecil sering tampil di hadapan teman-temannya dengan beragam "guyonan" khas Betawi. Dalam setiap kali tampil, KH Zainudin MZ kecil dapat memukau perhatian teman-temannya.

Ketiga, Buya HAMKA. Sejak muda, KH Zainudin MZ sangat gandrung dengan karya-karya sastra HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Ketertarikan KH Zainudin MZ pada sosok HAMKA bukan semata karena sang tokoh adalah santrawan.

Selama hidupnya HAMKA selain dikenal sebagai sastrawan Indonesia, juga sekaligus ulama, dan aktivis politik. Dari karya-karya HAMKA yang memuat tentang sastra Indonesia inilah, sosok KH Zainudin MZ belajar bagaimana memilih dan memilah bahasa yang sesuai dengan "diksi", bahasa yang kelak digunakannya untuk "mencubit" namun tidak merasakan sakit.

HAMKA yang dalam hidupnya otodidak dalam ilmu pengetahuan mengilhami KH Zainudin MZ juga melakukan hal yang sama. Apa yang dipelajari HAMKA mulai dari filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat juga dipelajari oleh KH Zainudin MZ.

Termasuk kemahiran HAMKA dalam bahasa Arab juga menginspirasi KH Zainudin remaja. Karya-karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah yang tuntas dipelajari HAMKA, juga dilanjutkan oleh KH Zainudin MZ di usia muda seperti karya-karya Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal.

Keempat, KH Syukron Makmun. Pimpinan pondok Pesantren Darul Rahman Jakarta Selatan ini juga idola KH Zainudin MZ. Keberanian KH Syokron Makmun mengilhami proses pembelajaran KH Zainudin MZ membentuk karirnya di atas podium. KH Syukron Makmun dikenal sebagai ulama yang berani mengkritik pemerintah Orde Baru.

Dalam sebuah cerita dari para santri-santrinya, KH Syukron Makmun kerap menjadi sasaran tembakan mesterius namun berkat kedekatannya sang Kiai kepada Allah tembakan tersebut tidak pernah kena sasaran. Selain berani, KH Syukron Makmun juga dikenal sebagai ulama yang disiplin dalam mendidik para santrinya.

KH Zainudin MZ sejak mudanya berkomitmen mengintegrasikan nilai-nilai, bakat dan kelebihan dari masing-masing empat figur tersebut di atas dalam kepribadiannya dan akhirnya lahirnya figur dai sejuta umat. Pesannya yang bisa ditangkap dari buku "KH Zainudin MZ: Dai Sejuta Umat (1994)", bagi generasi muda adalah dalam rangka berproses "menjadi" kita bisa belajar dari kepribadian banyak tokoh yang punya pengalaman dan makan garam kehidupan, namun dalam "endingnya" kita harus tampil dengan kepribadian yang khas bukan jiplakan dari tokoh-tokoh tersebut.

Hal tersebut ada dalam kepribadian KH Zainudin MZ. Dalam seni orator, mungkin ia belajar dari Bung Karno. Soal nilai Islam dalam dakwah, KH Zainudin MZ belajar dari KH Idham Khalid. Dalam hal seni berbahasa, KH Zainudin MZ berguru otodidak dari pemikiran HAMKA. Dan keberaniannya mengkritik apapun, KH Zainudin MZ belajar dari KH Syukron Makmun.

Ada satu nilai yang sama dan menjadi prinsip dari keempat tokoh tersebut yang juga diter apkan oleh KH Zainudin MZ dalam berdakwah yakni "agar apa yang kita sampaikan diterima di hati umat, maka sampaikanlah dengan hati". Selamat jalan dai sejuta umat.

*Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Pedesaan IPB

Susianah Affandy
Komp. Dosen IPB Jalan Melati No 1 Darmaga, Bogor
susianah.affandy@yahoo.com 081399236046

(wwn/wwn)

Sumber: http://www.detiknews.com/read/2011/07/08/082414/1677105/471/kh-zainudin-mz-dan-4-tokoh-dibalik-layar?882205471

Tidak ada komentar:

Posting Komentar